Ternyata 66% warga Amerika menolak pembangunan pusat aktivitas Muslim, dua blok dari Ground Zero. Demikian hasil jajak pendapat "Washington Post". Tidak masalah bahwa di jalan yang sama terdapat klub tari t*lanj*ng dan bar, tempat minum-minum, karena hal itu tak ada hubungannya dengan teroris yang menghancurkan World Trade Center.Sejak serangan teror yang mengguncang Amerika dan dunia, banyak warga Amerika cemas jika berpikir tentang Islam, kata Jim Kolbe pakar migrasi di German Marshall Fund.
"Jika menyangkut individu yang dikenal, tidak masalah bagi mereka. Tapi jika mereka mendengar hal-hal yang secara keliru dipersepsikan dengan Islam, maka banyak yang punya kesan negatif."
Seperti seorang Kepala Sekolah di sebuah sekolah Katolik di Michigan, Amerika Serikat. Di sekolah itu, sang Kepala Sekolah menyediakan ruang ibadah untuk siswanya yang Muslim seperti yang dikutip dalamportal berita REPUBLIKA. Padahal, langkah ini sudah ditentang sejumlah orang tua murid. Hal itu lantaran para orang tua murid merasa keberadaan ruang ibadah untuk Muslim dapat merusak pendidikan agama anak-anak mereka di Sekolah.
BACA JUGA :
- Status Facebook Tentara Inggris Ini Menggemparkan Dunia Barat,Ini Penampakannya
- Tanda Kiamat Sudah Dekat di Makassar: Sosok Manusia Ini Mengaku Nabi,Setelah NAbi Muhammad SAW
- Wajib Baca: Inilah Amalan Agar bisa Melihat Wajah Allah SWT Di Akhirat Nanti
Kepada Sekolah Brother Rice High School yang diketahui bernama John Birney, mengakui bahwa ia mendapat banyak protes dari para orangtua melalui pesan e-mail. Meski mendapat banyak penolakan, John Birney mengaku akan tetap menyediakan dan mempertahankan ruang ibadah bagi siswanya yang beragama Islam.Bahkan, John Birney turut mengatakan serta memberikan ruang ibadah untuk siswa non-Katolik sejalan dengan pendidikan yang diajarkan di sekolah. Hal itu tertulis lengkap di Huffingtonpost.
“Jika ada siswa non-Katolik yang bertanya apakah mereka memiliki tempat untuk beribadah? Maka jawabannya adalah ada,”
Menurut pengakuannya, saat ini ada sekitar 650 siswa yang merupakan non-Katolik. Meski orang tua murid memprotes namun, selama ini tidak ada protes dari siswa yang mengeluh akan keberadaan ruang ibadah bagi siswa non-Katolik.Bahkan salah seorang siswa Brother Rice, John Everly mengatakan sesuatu yang menyentuh hati.
“Para siswa yang bersekolah di Brother Rice sudah menerima kenyataan bahwa kita harus hidup saling berdampingan baik dengan sesama agama mapun antaragama,”
Sebelumnya, ruang ibadah bagi siswa non-Katolik tidak hanya terdapat di Sekolah Brother Rice. Karena beberapa tahun yang lalu di sebuah sekolah Katolik di Ontario, Kanada juga menyediakan sebuah ruang ibadah bagi siswa Muslim.
Hidup berdampingan dengan seseorang yang memiliki agama berbeda dengan kita bukanlah hal yang harus dipermalukan atau di diskriminasi. Sampai kapanpun, perbedaan akan selalu ada tinggal bagaimana kita yang mencoba untuk menerimanya. Karena tidak semua hal berjalan seperti apa yang kita inginkan, setiap perbedaan pasti akan muncul.semoga hal-hal
{ 0 komentar... or add one}
Posting Komentar